Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) atau mata uang asing lainnya bukan sekadar isu ekonomi global—dampaknya bisa langsung terasa di dapur rumah tangga. Ketika rupiah tertekan, harga barang impor naik, ongkos produksi meningkat, dan daya beli masyarakat ikut tergerus. Akibatnya, pengeluaran harian bisa membengkak meski penghasilan tidak berubah. Cara mengatur pengeluaran pun menjadi tantangan tersendiri di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti ini.
Dalam situasi seperti ini, pengelolaan keuangan pribadi menjadi sangat penting. Anda tidak bisa lagi sekadar “menjalani” bulan, tetapi harus benar-benar merancang strategi finansial yang tepat agar tetap aman secara ekonomi.
Cara Mengatur Pengeluaran di Tengah Rupiah yang Melemah

Berikut adalah panduan praktis cara mengatur pengeluaran dengan cermat dan bijak di tengah nilai rupiah yang melemah.
1. Tinjau dan Sesuaikan Anggaran Bulanan
Langkah pertama adalah mengevaluasi seluruh arus keluar uang. Coba buat daftar pengeluaran dalam sebulan terakhir, lalu kelompokkan dalam dua kategori: kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan meliputi hal-hal yang wajib dipenuhi seperti makanan, tempat tinggal, transportasi, dan tagihan. Keinginan mencakup hiburan, belanja impulsif, atau langganan digital yang tidak terlalu penting.
Dalam kondisi ekonomi tidak stabil, idealnya anggaran difokuskan sekitar:
50–60% untuk kebutuhan pokok
20% untuk tabungan dan investasi (termasuk dana darurat)
10–15% untuk utang atau cicilan
10% sisanya untuk hiburan atau keperluan pribadi
Penyesuaian ini membantu Anda tetap berada dalam batas aman, bahkan ketika harga-harga melonjak.
2. Kurangi Ketergantungan pada Produk Impor
Melemahnya rupiah otomatis membuat harga barang impor lebih mahal. Coba identifikasi produk-produk impor yang rutin Anda beli, seperti makanan kemasan, kosmetik luar negeri, atau gadget, lalu cari alternatif lokal yang sepadan.
Misalnya:
Gantilah makanan ringan impor dengan produk UMKM lokal
Cari kosmetik dari brand lokal yang kini kualitasnya makin bersaing
Tahan dulu keinginan untuk upgrade smartphone jika belum mendesak
Langkah ini bukan hanya menghemat pengeluaran, tapi juga mendukung ekonomi dalam negeri.
Baca juga: “12 Tips Sukses Membangun Usaha Laundry Rumahan“

3. Tingkatkan Efisiensi Penggunaan Energi
Efek domino dari pelemahan rupiah bisa dirasakan lewat naiknya harga BBM, tarif listrik, hingga gas. Maka, penting untuk mulai hemat energi:
Gunakan lampu LED hemat listrik
Cabut colokan alat elektronik saat tidak digunakan
Gunakan transportasi umum, sepeda, atau nebeng dengan rekan kerja
Matikan AC dan peralatan listrik jika sedang tidak dibutuhkan
Kebiasaan kecil ini bisa berdampak besar dalam jangka panjang terhadap pengeluaran rutin Anda.
4. Bangun dan Perkuat Dana Darurat
Di saat kondisi ekonomi penuh ketidakpastian, dana darurat adalah pondasi keuangan yang harus diperkuat. Dana ini berfungsi sebagai jaring pengaman jika terjadi hal tidak terduga: kehilangan pekerjaan, sakit, atau kenaikan harga kebutuhan pokok.
Idealnya:
Lajang: 3–6 bulan pengeluaran pokok
Menikah: 6 bulan pengeluaran
Keluarga dengan anak: minimal 6–12 bulan pengeluaran
Jika saat ini belum punya, mulailah dari angka kecil tapi rutin. Sisihkan 10–15% penghasilan setiap bulan, lalu tingkatkan seiring kondisi finansial membaik.
5. Cari Sumber Penghasilan Tambahan
Jangan hanya fokus memangkas pengeluaran—pertimbangkan juga untuk menambah penghasilan. Banyak peluang sampingan yang bisa dijalankan di luar pekerjaan utama, bahkan dari rumah.
Beberapa contoh:
Menjadi freelancer (penulis, desain, editor, dll.)
Jualan online lewat media sosial atau marketplace
Menjadi reseller atau dropshipper
Membuka jasa les privat, digital marketing, atau konsultasi sesuai keahlian
Pemasukan tambahan ini bisa menjadi penyeimbang saat nilai rupiah turun dan harga-harga naik.

6. Hindari Utang Konsumtif
Di tengah kondisi ekonomi tak menentu, menambah utang konsumtif (seperti kredit HP, belanja dengan paylater, atau cicilan barang sekunder) hanya akan menambah beban. Jika memungkinkan, tunda semua pembelian yang tidak benar-benar diperlukan.
Gunakan fasilitas kredit hanya untuk hal-hal produktif, seperti modal usaha kecil atau pendidikan. Pastikan pula cicilan tidak melebihi 30% dari penghasilan bulanan.
7. Lacak Pengeluaran Secara Rutin
Penting untuk mencatat semua pengeluaran harian agar Anda benar-benar tahu ke mana uang Anda pergi. Gunakan aplikasi pengelola keuangan gratis seperti Money Lover, Spendee, atau cukup dengan Excel/Google Sheets.
Dengan mencatat, Anda bisa:
Menemukan kebocoran pengeluaran
Mengetahui kebiasaan belanja yang harus diubah
Membuat keputusan berdasarkan data, bukan asumsi
8. Update Informasi Ekonomi Secara Berkala
Mengikuti perkembangan ekonomi bukan hanya tugas investor atau pemilik bisnis. Sebagai individu, Anda juga perlu memahami pergerakan nilai tukar, inflasi, dan kebijakan pemerintah.
Manfaatnya:
Bisa menyiapkan diri lebih baik untuk perubahan harga
Mengetahui kapan waktu tepat membeli atau menunda pembelian besar
Memahami risiko dan peluang dalam mengelola keuangan pribadi
Penutup
Melemahnya rupiah memang di luar kendali kita, tetapi bagaimana kita merespons kondisi ini adalah hal yang sepenuhnya bisa dikendalikan. Dengan strategi yang tepat—dari menyusun anggaran, memangkas pengeluaran tidak perlu, hingga mencari tambahan penghasilan—Anda tetap bisa menjaga kestabilan keuangan pribadi.
Ingat, kondisi sulit justru bisa menjadi momentum untuk memperkuat fondasi finansial dan menumbuhkan kebiasaan yang lebih bijak dalam jangka panjang. Cara mengatur pengeluaran yang bijak hari ini akan menentukan ketahanan finansial Anda esok hari.